Login to Facebook
Seorang Mukmin pada setiap langkahnya adalah ibadah dan setiap kata terucap adalah mutiara hikmah yang menyejukkan hati sanubari @ Insya allah dalam memeriahkan milad Forpis Al-Mizan akan dilaksanakan seminar tentang lingkungan hidup, COMING SOON ^_^
Photobucket

Pahlawan di Sekitar Kita


Andaikata suatu saat anda menjumpai peristiwa kecelakaan, bencana alam, kebakaran atau bahkan ledakan bom misalnya, apa yang akan anda lakukan? Langsung spontan memberi pertolongan meski nyawa sendiri taruhannya atau menunggu ada pertolongan dari orang lain, atau justru diam saja dan bahkan pergi tak mau tahu? Apakah anda selalu tergerak dan terpanggil untuk seketika itu juga berjibaku menolong para korban, tanpa banyak berspekulasi bahwa perbuatan itu membahayakan diri sendiri atau tidak?


Jika ya, anda tidak sendiri. Banyak di antara kita yang memiliki jiwa pahlawan seperti itu. Beberapa contohnya adalah para tamu Kick Andy pada episode 24 Juli lalu. Fathul Khoiri, Achmad Usman, Agus Bambang Priyanto, Musrifan dan Endang Aripin adalah figur-figur yang sangat peduli pada sekitarnya.
Dalam beberapa kali peristiwa ledakan bom di sejumlah tempat di Indonesia, muncul sosok-sosok pahlawan yang mau dan mampu melakukan aksi heroik demi keselamatan para korban. Padahal sesuatu yang jamak ditakutkan pada kasus bom teroris, masih ada ledakan susulan yang bisa jadi akan merenggut jiwa mereka juga.
Pada peristiwa ledakan bom di kawasan Mega Kuningan yang terjadi di hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton 17 Juli 2009 pekan lalu, sejumlah orang tanpa memikirkan keselamatan diri sendiri, langsung bahu membahu untuk menyelamatkan korban ledakan. Adalah Fathul Khoiri, sopir yang ikut serta dalam hiruk pikuk penyelamatan korban luka parah Timothy Mackay, presdir PT Holcim yang kebetulan adalah bosnya. Sejumlah orang yang kebetulan ada di sekitar lokasi kejadian, tanpa ba bi bu langsung bersedia mendampingi Fathul saat akan membawa Timothy ke rumah sakit. Padahal saat membawa korban, mereka harus bergelantungan di mobil dengan keadaan pintu terbuka dan kecepatan mobil cukup tinggi karena bergegas untuk segera sampai rumah sakit.
Sementara pasca ledakan bom di depan Kedubes Australia 9 September 2004 silam, muncul sebuah foto dramatis yang menghiasi headline sejumlah media massa. Adegan seorang laki-laki yang kelihatan tergesa-gesa menggendong anak perempuan korban ledakan menjauh dari lokasi ledakan. Achmad Usman, teknisi AC yang sedang bekerja di Pasar Festival tak jauh dari lokasi ledakan, sontak menghentikan pekerjaannya dan langsung berlari menuju sumber ledakan. Di saat orang-orang berlarian menjauh dari sumber ledakan, Achmad justru melawan arus. ”Yang ada di pikiran saya, pasti banyak korban yang perlu ditolong nih.. Sama sekali tak terpikir jika ada ledakan lagi, yang penting menolong korban dulu” terang Achmad saat ditanya kenapa justru seakan mencari perkara. Dan saat itulah Achmad berhasil menyelamatkan anak perempuan yang terluka parah. Dan berkat kesigapannya, si anak akhirnya terselamatkan.
Sementara pada kasus bom teroris pertama dan terbesar di Indonesia yang lebih dikenal bom Bali I pada 12 Oktober 2002, nama Agus Bambang Priyanto yang lebih terkenal dengan sebutan Haji Bambang mencuat sebagai sosok pahlawan sosial berintegritas tinggi. Pada peristiwa itu, 15 menit pasca ledakan, Haji Bambang sudah merapat di lokasi kejadian dengan sepeda anginnya. Langsung tanpa banyak pikir, ia menerobos puing-puing bangunan yang penuh dengan api, asap, reruntuhan dan pecahan besi serta kaca untuk mengevakuasi korban. Bagaikan mendapat suntikan dopping, Haji Bambang memimpin sejumlah relawan lainnya untuk mengangkat dan membawa keluar para korban yang umumnya terluka parah dan kondisinya mengenaskan hingga 11 jam lamanya nonstop. Dari pukul 11 malam hingga pukul 10 pagi keesokan harinya dengan jumlah korban terevakuasi 202 mayat dan lebih dari 300 orang terluka. “Saya saja waktu melihat video penyelamatan itu diputar ulang, sempat ndak percaya apakah benar orang itu Haji Bambang, karena tidak mungkin saya mampu melakukan semuanya itu...” kenangnya.
Dan solidaritas Haji Bambang tidak berhenti sampai hari itu. Selama sebulan lamanya ia ikut meriung dengan aparat berwenang setempat, untuk mencari dan mengumpulkan korban yang masih tersisa belum ditemukan atau tercecer. “Bayangkan saja jika anda melihat orang yang perlu pertolongan itu adalah salah satu anggota keluarga anda, pasti anda tidak akan berpikir panjang untuk menolongnya. Selalu posisikan cara pandang anda seperti itu, pasti anda akan tergerak menolong orang lain” ungkap Haji Bambang saat ditanya bagaimana resep untuk gampang peduli pada orang lain.
Sementara kisah Endang Aripin, tak kalah heroik dan dramatis. Pemuda 21 tahun asal Cirebon ini, menjadi martir di negeri Matahari Terbit. Endang meninggal saat menjalani kerja praktik atau magang di industri penangkapan ikan Jepang pada 11 Agustus 2007 lalu. Saat sedang berjalan-jalan di tepi pantai Isegahama Provinsi Miyazaki dekat tempatnya magang, lulusan SMK Pelayaran Cirebon ini melihat ada dua orang remaja putri Jepang terseret ombak besar yang tiba-tiba datang. Tanpa banyak pikir, terdorong jiwa sosialnya yang tinggi, Endang langsung mencebur ke air dan mengejar korban.
Tak main-main, lokasi yang ditempuh Endang untuk mengambil korban sekitar 60 meter dari tepi pantai. Dan saat itu kondisi air sedang sangat buruk. Tapi perjuangan keras Endang berhasil membawa korban kembali ke tepian. Namun naas bagi Endang, ombak yang lebih besar kembali datang dan menyambarnya ke tengah setelah kelelahan membawa korban. Tragis. Korban yang ditolongnya selamat, sementara Endang harus menyerahkan nyawanya di tempat yang sangat jauh dari tempat kelahirannya.
Berita orang asing mempertaruhkan nyawanya bagi warga lokal, segera menyebar luas di Jepang. Apresiasi dari masyarakat dan pemerintah Jepang pun datang. Endang ditasbihkan sebagai pahlawan masyarakat Jepang pada hari Pahlawan Nasional Jepang pada 28 Oktober 2008 lalu. Keluarga Endang diundang ke Jepang, untuk menerima penghargaan dan ucapan terima kasih dari pemerintah dan kekaisaran Jepang. Dan kemudian, kisah Endang diabadikan oleh dua orang sutradara film Jepang dalam film dokumenter berdurasi 1 jam, mewakilik ungkapan terima kasih masyarakat Jepang atas kisah heroik Endang.
Sumber: Kick Andy.com

0 komentar: